Jakarta - Ada secercah harapan untuk bisa menekan terus
membesarnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Salah
satunya berasal dari Amir Suwarno, nelayan yang berasal dari Kabupaten
Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Ia menciptakan alat
mengkonversi BBM ke bahan bakar gas untuk keperluan nelayan. »Tujuannya
ialah mencari energi alternatif yang murah dan efisien bagi nelayan yang
kemampuan ekonominya sangat terbatas,” ujar Amir seusai diskusi
Indonesia Green Award di Hotel Indonesia Kempinsky, Rabu, 18 Juni 2014.
Amin
mengaku bahwa ide menciptakan alat tersebut dilatarbelakangi oleh
kesulitan nelayan memperoleh solar untuk kepentingan berlayar. »Masalah
itu menjadi penyakit tahunan yang dihadapi nelayan skala kecil di
Kabupaten Kubu Raya,” tuturnya. (Baca: Italia Batal Investasi Converter Kit)
Sebab,
kondisi geografis daerahnya sering kali menghadapi ancaman angin
kencang pada periode Oktober-Januari setiap tahunnya. Walhasil, jadwal
distribusi BBM kerap terganggu.
Selain itu, kata Amin,
jalur distribusi bahan bakar minyak di Kalimantan selama ini
mengandalkan Sungai Kapuas. Sehingga bila di musim kemarau ada kapal
kandas atau karam dipastikan pengiriman minyak ke Kabupaten Kubu Raya
juga terganggu. (Baca: Produsen Otomotif Wajib Buat Mobil Dual Fuel)
Dilatarbelakangi
oleh faktor tersebut, Amin kemudian menciptakan alat konverter yang
dinamainya ABG yang merupakan singkatan dari Amin Bensin Gas. Alat ini
memungkinkan mesin kapal nelayan menjadi engine dual fuel sehingga
memanfaatkan gas dan solar secara bergantian ketika melaut. Amin
mengklaim alat buatannya itu tak akan mengganggu kinerja kapal.
Dari
aspek ekonomis, menurut dia, penggunaan konverter mampu menghemat
penggunaan bahan bakar hingga lima kali lipat. Dalam hitungannya,
pengunaan satu liter solar hanya berbanding dengan 240 gram gas.
Artinya, bila nelayan melaut dengan menggunakan seliter solar seharga Rp
5.500, maka ketika memasang alat ABG di mesinnya, kebutuhan solar bisa
turun menjadi Rp 1.100 saja per liter.
Atas hasil karyanya
ini, sudah banyak perusahaan dari luar negeri untuk membeli hak ciptanya
dengan harga tinggi. »Tapi saya tolak dengan tegas karena niat saya
menciptakan ABG ialah memberdayakan nelayan kecil yang menjadi bagian
dari hidup saya selama ini,” tuturnya.
sumber : tempo.co